Friday, October 29, 2010

Part 2

Dalam ketidaksadaran, ku merasakan pelukan dan belaian hangat orang tua, seperti dulu ketika mereka masih hidup. Tangan hangat yg membelai pipiku, isak tangis, kata2 yg menyuruhku tuk bangun membuka mata. Tapi, aku takut ketika nanti membuka mata, yg kulihat tak seperti yg kuinginkan, hanyalah khayalan yg tak nyata.
Nyatanya, ketika membuka mata kudapati sosok yg ku kenal memegang erat tanganku dan terisak-isak menangis. Tante nia dan Om Ryan, teman papa. Dulu mereka pernah memintaku tinggal bersama mereka, tapi kutolak dgn alasan kemandirian.
Well, tetap saja merasa kecewa. Diriku berharap mendapati ayah dan ibu, org2 yg slama ini ku rindukan.

==========>
Sudah berhari-hari diriku di sini, ku dapati mereka bergantian siang dan malam menjagaku, seperti anak mereka sendiri. Diriku hanya demam, tp begitu parah karena kehujanan semaleman. Kini, infus sudah dicabut dan diriku sudah bisa makan (walaupun sedikit karena tak nafsu makan). Tetap saja kepalaku masih nyut2n, rasanya males tuk beranjak dr tempat tidur. Hanya aja, mencium bau gosong, bukannya tante nia berangkat kerja?
Walaupun terseok-seok, akhirnya nyampe juga di dapur. Ternyata benar, makanan hangus yg bikin perutku mual. Ku dapati seorang cowok dan anak laki2 yg mendesah kecewa. 'apa yg kalian lakukan?' yg pasti sudah ku tau memasak, dan hasilnya sangat tak memuaskan. Dgn sisa tenaga yg tersisa, membuka kulkas dan mereka apa yg mesti dilakukan, mengambil sayuran dan ayam, memotong-motong dan membumbui. Sementara mereka berdua ku minta membersihkan wajan yg hangus dan peralatan masak.
Tak begitu lama, jadilah sup ayam, ayam tepung, oseng2 dan sambel. Ku lihat mereka berdua tersenyum senang dan puas. Bahagia juga melihatnya.
Bukannya menikmati apa yg ku masak, diriku malah menghempaskan diri di sofa ruang tamu dan tertidur.
Dalam tidurku ku bermimpi memasak dgn ibu, truk menikmatinya sekeluarga. Canda tawa dan senyum mereka membuatku tak ingin sadar dr mimpi ini.

No comments: