Saturday, April 4, 2009

G-20 Setuju Atasi Krisis Global dengan Dana USD 1 Triliun Untuk Perpendek Krisis Global

LONDON - Forum paling berpengaruh di dunia, Group of 20 (G-20), mengakhiri konferensi tingkat tinggi tadi malam. Setelah diawali dengan kerusuhan besar di pusat kota London dan perbedaan pendapat tajam antara kubu Eropa (yang dimotori Prancis-Jerman) dan kubu Amerika (AS-Inggris), G-20 akhirnya menghasilkan kesepakatan untuk mengatasi resesi dunia yang semakin dalam.

Kesepakatan yang diumumkan Perdana Menteri Inggris Gordon Brown di gedung Excel Centre di wilayah Docklands, London. itu merupakan kompromi di antara dua kubu yang bertentangan sebelumnya. PM Bron menyatakan, pemimpin 20 negara, termasuk Indonesia, yang mewakili 85 persen kekuatan ekonomi dunia setuju mengatasi krisis keuangan global dengan dana aksi bernilai total USD 1 triliun (sekitar Rp 11.675.000.000.000.000).

Dari kesepakatan itu, Dana Moneter Internasional (IMF) akan mendapat dana terbesar dengan nilai sebesar USD 750 miliar. G20 juga sepakat untuk menyediakan dana sekitar USD 250 miliar untuk mendorong perdagangan global.

Kesepakatan yang didesakkan kelompok prostimulus yang digalang PM Brown dan Presiden AS Barack Obama itu diimbangi penerapan regulasi finansial lebih keras yang diusulkan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy dan Kanselir Jerman Angela Merkel. PM Brown mengatakan, penggelontoran dana raksasa itu juga diikuti dengan kesepakatan tegas bagi negara yang diam-diam menyediakan fasilitas keringanan pajak akan mendapat sanksi, dan juga tercapai peraturan untuk sektor finansial global yang lebih keras.

''KTT telah menyepakati kebijaksanaan umum untuk mengambil tindakan keras kepada tax havens (negara atau wilayah yang selama ini menjadi tempat menyimpan dana yang aman bagi para pengemplang pajak), mengatur ketat hedge fund (pengelola dana), dan membangun kembali sistem finansial yang tepercaya,'' ujarnya.

Brown tidak merinci kebijakan fiskal yang akan diterapkan untuk mengatasi krisis bersama. ''Kebijakan teknis akan diumumkan segera oleh negara-negara utama (anggota G-20) dan bakal menjadi yang terbesar dalam sejarah,'' ujarnya.

Langkah-langkah lain yang juga disepakati adalah gaji dan bonus banker akan dikendalikan dengan ketat, Dewan Stabilitas Finansial akan didirikan dengan IMF. Selain itu ada peraturan lebih luas untuk hedge funds dan badan pemberi tingkat kredit. Tindakan tegas juga dilakukan untuk membersihkan aset beracun di perbankan.

PM Brown menambahkan, tidak ada jalan pintas untuk memperbaiki perekonomian dunia tetapi sudah ada tekad untuk mengambil segala langkah yang diperlukan. Dia menambahkan bahwa Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) akan menerbitkan negara-negara yang menyediakan fasilitas keringanan pajak dan akan diambil tindakan bagi negara itu yang menolak memenuhi peraturan internasional. "Kami menyepakati standar dan sanksi yang keras terhadap mereka yang di masa depan tidak mau mematuhi," ujarnya. Presiden Perancis Nicolas Sarkozy mengatakan keputusan pertemuan puncak G20 "melebihi harapan sebelumnya".

Kesepakatan G-20 yang merupakan hasil kompromi itu tidak dicapai dengan mudah. Hingga beberapa jam sebelum komunike diambil, Prancis melalui Presiden Nicolas Sarkozy masih memperingatkan bahwa perwakilan mereka dan Jerman tidak akan menyepakati ''kompromi yang keliru''. Kedua negara itu bertekad bakal mencoret kesepakatan yang melunakkan keinginan mereka akan regulasi keuangan yang lebih keras guna mengekang penyalahgunaan yang menjadi penyebab kekacauan ekonomi saat ini.

Dalam sebuah sesi pertemuan yang terancam deadlock, Kanselir Jerman Angela Merkel menegaskan, krisis keuangan global harus dihindari dengan cara apa pun. ''Kita harus memastikan bahwa tidak ada satu negara, produk pasar finansial, atau institusi yang tidak dimonitor dan tidak transparan. Dan, sangat penting konferensi ini menggarisbawahi tidak menoleransi proteksionisme di dunia,'' ujarnya menyindir keras program ''Buy American'' Obama.

Meskipun menjadi sasaran kecaman, Obama setelah pertemuan pertama menolak keras bahwa dirinya yang menjadi penyebab penentangan keras dari kubu Eropa. Dia mengatakan, perbedaan pendapat di antara presiden dan PM negara-negara ekonomi maju dan sedang berkembang sebenarnya terlampau dibesar-besarkan. ''Saya yakin, pertemuan ini akan merefleksikan konsensus yang sangat luar biasa tentang perlunya bekerja secara padu untuk mengatasi problem yang sedang dihadapi,'' ungkapnya.

Namun, tidak semua pemimpin negara punya optimisme seperti Obama. Ancaman Prancis dan Jerman untuk keluar dari kesepakatan KTT itu memaksa para pemimpin negara, termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, melakukan serangkaian pertemuan bilateral secara tertutup untuk mempersempit kesenjangan berbagai isu kunci. Mereka berkumpul dalam bersantap malam resmi sampai Rabu (1/4) tengah malam waktu setempat sebelum pertemuan bisnis Kamis keesokan harinya.

Hasilnya melegakan. Washington mulai mengurangi tekanan terhadap pemerintah negara-negara lain agar menyalurkan dana lebih besar bagi program-program stimulus ekonomi. Di kubu yang lain, Nicolas Sarkozy, yang awalnya mengancam akan meninggalkan pertemuan jika tuntutan kunci memperketat regulasi tidak dipenuhi, akhirnya mengajukan pendirian yang lebih damai dengan bergabung dalam konferensi pers di London bersama Kanselir Jerman Angela Merkel. Sarkozy menyatakan memiliki ''keyakinan terhadap Obama''.

Negara-negara kelompok G-20 adalah Argentina, Australia, Brazil, Kanada, Tiongkok, Prancis, Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Korea Selatan, Turki, Inggris, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. G-20 dibentuk 1999 sebagai forum dialog negara-negara maju dan negara-negara berkembang dalam rangka mengatasi dampak krisis keuangan Asia akhir dekade 1990-an.

Anggota G-20 mewakili 85 persen kekuatan ekonomi dunia, dua per tiga populasi global, serta lebih dari 80 persen kepemilikan saham dari Bank Dunia dan IMF. Indonesia merupakan satu-satunya negara anggota dari Asia Tenggara.

Tercapainya kompromi tidak hanya melegakan pemimpin negara G-20, namun juga menggairahkan perdagangan saham di lantai bursa.

Indeks Dow Jones langsung menembus level psikologis 8.000 saat PM Brown menjelaskan hasil pertemuan. Saat berita ini diturunkan pukul 24.00, indeks Dow Jones naik 287,45 poin atau 3,7 persen menjadi 8.049,5. Tren positif juga ditunjukkan indeks saham-saham perusahaan IT di Nasdaq dan S&P 500 yang masing-masing naik 4,36 persen dan 3,2 persen.

SBY dan Obama

Dalam beberapa agenda KTT G-20, Presiden SBY dan Presiden AS Barack Obama sempat berkomunikasi beberapa kali. Pertemuan pertama terjadi pada saat makan malam di Buckingham Palace. Dan kesokan harinya, SBY kembali bersanding dengan Obama.

Menurut Menko Perekonomian yang juga Menteri Keuangan Sri Mulyani, dalam makan malam di Istana Buckingham, SBY dan Obama sempat berkomunikasi secara intensif. "Keduanya berkomunikasi aktif. Good conversation," kata Sri Mulyani yang mendampingi SBY dalam acara itu.

Namun, Sri Mulyani tidak menjelaskan isi pembicaraan antara SBY dengan Obama. SBY akan meninggalkan London kemarin pukul 13.00 waktu setempat atau pukul 19 WIB untuk kembali ke Indonesia. Diperkirakan SBY akan tiba di Surabaya hari ini sekitar pukul 11.00.

Saat memberikan sambutan, SBY meminta negara-negara maju bertindak maksimal memulihkan perekonomiannya karena mereka masih memiliki kapabilitas untuk melakukan hal tersebut. "Negara ekonomi maju itu tentu dalam pandangan kita masih memiliki kapabilitas untuk melakukan langkah-langkah yang lebih 'all out' untuk melakukan recovery di negerinya sendiri," kata Presiden saat memberikan keterangan pers. (AP/CNN/BBC/kim)

No comments: