Sunday, December 19, 2010

Hidupku

Hidupku terasa hampa..
Teman tak punya, pacar juga orang tua. Ayah & ibu selalu sibuk dgn pekerjaan mereka. Saudara? Seakan diriku anak tunggal. Rheo diusir dr rmh karena tak mau kuliah di Kedokteran. Nayla, kabur dgn laki-laki miskin yg menghamilinya. Sedangkan diriku, berusaha tuk tetap waras.
Pacar, diembat org.
Teman, org yg ngembat pacarq. Hoah..
Benar-benar brengsek..

Untuk membuatku tetap waras, kakek malah menjodohkan aq dgn lelaki yg katanya seorang arsitek. Menolak pun tak berdaya. Kakek mengancam tak akan menerimaku lg di rumahnya. Padahal cuman di sana aku merasa benar-benar punya keluarga. Akhirnya kusetujui, tentu saja dgn syarat aku dan si laki-laki yg memutuskan apakah akan melangkah ke jenjang selanjutnya atau tdk (setelah 100hr). Lumayan lama.. Ternyata, laki-laki itu setuju karena ada bisnis dgn kakek. Brengsek..

Ternyata, laki-laki itu Dekka, kakak kelas SMA, terkenal karena selalu juara s'angkatan+tampangnya yg cute.
Kulihat sepertinya keluarganya tak suka akan perjodohan, apalagi ketika melihatku.
Aku sudah diceramahi (bahkan diancam) agar bersikap ramah dan sopan utk acara hari ini.

Sikap basa-basi ini hampir membunuhku. Pertanyaan tentang nama, umur, pekerjaan, kuliah dimana, hobby, keahlian, kenalan dan tetek bengeknya. Untunglah kami berdua disuruh keluar, alasannya supaya berbicara secara pribadi.

"jujur, diriku menyetujui perjodohan ini karena masalah bisnis dgn kakekmu, hanya saja saat ku tau org yg dijodohkan adalah kamu, org yg lumayan ku kenal, maksudku karena kau adalah adik kelasku paling tidak ada persamaan diantara kita. Intinya, paling tidak kau ataupun aku sudah saling kenal, walaupun hanya sebagai kakak dan adik kelas".
"Tentu saja,,sapa yg tak kenal dgn dirimu, si langganan juara kelas. he.. berbanding terbalik dengan diriku adik kelas yg tak terkenal, dan biasa-biasa saja".
"jgn merendah! bagiku tak ada seorangpun yang luput dari penglihatanku. Masih kuingat , kau adalah siswa yg biasanya berada di atap sekolah, nilai sempurna tuk pelajaran bhs asing, terakhir si jenius musik. bagaimana?"
Jenius musi... kata yg membuatku tercekat, darimana dia tau semua itu, hanya segelintir orang yang tau akan bakatku.
"Sudah ku bilang aku tau banyak hal"
Hm..diriku hanya bisa tersenyum,,,

(Duduk berdua di bangku taman)
"Dekka? Bagaimana menurutmu dengan pertunangan ini? Apakah merasa terpaksa?"
"Well, mau tidak mau aku harus menyetujui pertunangan ini. Tapi, untuk lebih lanjutnya merupakan keputusan kita. tak ada salahnya mencoba kan? Jujur diriku malah mendapatkan keuntungan dari pertunangan ini. Apalagi setelah yg kutau tunanganku itu dirimu."
"Aku pun begitu, kakek mengetahui kelemahanku hingga terpaksa menyetujui petunangan ini. Seperti apa katamu, tak ada salahnya mencoba. Kuharap kita bisa melewati 3 bulan kedepan, terlepas dari keputusan apa yang kita pilih ke depannya nanti, kuharap kita bisa menjadi temab baik."
"setuju"

(Dalam kamar di rumah kakek)
Kukira bakal menjalani hari-hari pertunanganku seperti biassa, ternyata setiap hari sudah ada jadwal yang harus kami lalui bersama. Hmm..
O iya, barusan aku mendapat telpon dari ayah yang memintaku ke kantornya. Well, sejak kepulanganku dari Paris belum sempat pulang ke rumah apalagi menemui orangtuaku. Rasanya malas sekali.. but, must I do.
Tentang dekka, sepertinya aku bisa menjalani hari-hari pertunanganku dengan lancar, karena dia adalah Mr. Right yang diharapkan semua cewek. Sedangkan diriku? Entahlah..

No comments: